CORONA DAN HATI YANG MATI

Saudaraku…Saudariku…

Banyak manusia yang hidup tidak peduli kepada hatinya sendiri. Apakah dia memilikii hati atau tidak. Apakah hati yang dia miliki masih hidup atau sudah mati?

Semua itu karena mereka terlalu disibukkan oleh apa yang terlihat oleh mata kepala mereka, zahir dunia telah membuat mata mereka buta akan adanya hati didalam dada sehingga tidak ada aksi untuk menjadikan hati itu hati yang hidup.

Didalam Alquran Allah menyebut mereka dengan hati yang lebih keras daripada batu bahkan lebih keras daripada gunung.

Ciri hati yang mati adalah teguran dan peringatan Ilahi tidak akan memberikan efek apapun kepadanya.

Bagaikan mayat yang tidak akan merasakan pedihnya toresan pisau tajam ditubuhnya.

Kita menyaksikan manusia manusia yang masih enjoy melakukan maksiat ditengah suasana yang tegang dan mencekam seperti sekarang ini. Seolah-olah tidak ada teguran apapun kepada dirinya untuk meninggalkan maksiat itu. Aneka ragam maksiat yang biasa mereka lakukan sebelum wabah corona melanda sekarang ini tetap saja mereka geluti. Sembari mereka melakukan antisipasi wabah, maksiat itu terus saja dikerjakan tiada henti.

Mana hatimu…
Masih adakah dia…
Atau sudah terlalu lama mati…
Ataukah engkau tidak pernah tau bahwa engkau punya hati ?

Saudaraku…Saudariku…
Jadikan datangnya teguran Allah kepadamu sebagai tempat berpijak untuk aksi pembenahan hati.

Allah hanya akan memandang hatimu bukan jasadmu.
Sebagaimana Allah hanya akan memandang taqwamu bukan hartamu.

Sekiranya anda menyadari akan perihnya petaka ini dikarenakan dosa dosa kita yang sudah menggunung itu artinya anda masih memiliki hati yang hidup. Dia sedang terluka butuh diobati dengan ayat-ayat Allah dan sunnah sunnah Rasulillah.

Jangan biarkan dirimu mati didalam dirimu sendiri. Jangan jadikan jasadmu yang sempurna ini adalah liang kubur untuk hatimu yang sudah diam membisu, membeku dan sudah tidak bisa diselamatkan lagi.

✍️ MAUDUDI ABDULLAH

Albayyinah Pekanbaru
26 Sya’ban 1441 H
19 April 2020 M